Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah

Ada  beberapa  faktor  yang  memperkuat  bangunan  ukhuwah,  seperti  yang  diperankan  oleh Nabi  Muhammad  SaW.

Pertama,  ukhuwah  pada  dasarnya  merupakan  refleksi  sosial  dari  kekuatan  tauhid (iman  dan  takwa) setiap  individu  yang  tergabung  didalamnya.  Sehingga  wujud  ukhuwah  ini  otomatis  menjadi  ukuran  kesalihan  dan  ketakwaan,  baik  secara  individu  maupun  kolektif.  Pesan  Al-Qur’an  yang  menyatakan  bahwa  “setiap  muslim  adalah  saudara”,  mengisyaratkan  kesan  bahwa  orang-orang  beriman  itu  hanyalah  mereka  yang  memelihara  dalam  dirinya  sikap  dan  perilaku  ukhuwah.

Kedua,  ukhuwah  merupakan  wujud  yang  mencerminkan  terpeliharanya  budaya  ta’awun  (tolong  menolong),  tasamuh  (toleran),  dan  sejumlah  budaya  positif  lainnya  yang  bersumber  pada  sifat-sifat  Rahman  dan  rahim-Nya.  Karena  itu,  Nabi  SaW  sendiri  menggambarkan  ukhuwah  sebagai  satu  kesatuan  jasad  yang  senantiasa  saling  memperkokoh  diantara  bagian  yang  satu  dengan  yang  lainnya.

Dari  kedua  hal  di  atas,  ukhuwah  Islamiyah  adalah  merupakan  nikmat  dan  karunia  dari Allah  SwT  dalam  wujud  kesatuan  hati  dan  perasaan  yang  diberikan  kepada  hamba-hamba-Nya  yang  beriman  dan  bertakwa  (Ali  Imran  [3]:  103)  (Al  Anfal  [8]:  63).  Ukhuwah  Islamiyah  adalah  sesuatu  yang  menyatu  dengan  iman  dan  takwa.  Tidak  sempurna  iman  tanpa  ukhuwah  dan  tidak  ada  ukhuwah  yang  hakiki  tanpa  iman.  Tidak  ada  persaudaraan  yang  abadi  tanpa  takwa,  tidak  ada  takwa  yang  sempurna  tanpa  persaudaraan  (Al  Hujurat  [49]:  10)  (Az  Zukhruf  [43]:  67).  Jika  ukhuwah  Islamiyah  kosong  dari  iman  dan  takwa,  maka  yang  menjadi  ikatan  adalah  kepentingan  sesaat,  yang  tidak  mustahil  akan  mudah  retak  dan  rapuh  jika  terjadi  perbedaan  dalam  menyikapi  kepentingan  tersebut.

Ukhuwah  Islamiyah  bukan  hanya  untuk  kepentingan  dan  kemaslahatan  pribadi,  tetapi  ia  juga  mempunyai  tujuan  akhir,  yaitu  menunjang  terciptanya  kehidupan  yang  Islami.  Ukhuwah  memerlukan  pilar-pilar  untuk  menegakkannya. Pilar-pilar  tersebut  adalah :

1 .  Bersikap husnudzon dan menjauhi sikap su’udzon di antara sesama muslim.

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara  kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah  mati? Tentu  kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.  (Al Hujurat [49]: 12)

2. Berpegang pada tali Allah (Islam) secara kaffah dan dalam pergaulan hendaknya berpedoman serta mengacu pada ajaran Islam yang bersumberkan  Al-Qur’an  dan  Sunnah maqbulah.

Wahai  orang-orang  yang  beriman!  Masuklah  ke  dalam  Islam  secara  keseluruhan,  dan  janganlah  kamu  ikuti  langkah-langkah  setan.  Sungguh,  ia  musuh  yang  nyata  bagimu.(Al  Baqarah  [2]:  208)

3. Berusaha untuk  terus  menerus  melaksanakan  hak-hak  sesama  muslim.

Jangan  sampai  kebencian(mu)  kepada  suatu  kaum  karena  mereka  menghalang-halangimu  dari  Masjidil haram,  mendorongmu  berbuat  melampaui  batas  (kepada  mereka).  Dan  tolong-menolonglah  kamu  dalam  (mengerjakan)  kebajikan  dan  takwa,  dan  jangan  tolong-menolong  dalam  berbuat  dosa  dan  permusuhan.  Bertakwalah  kepada  Allah,  sungguh,  Allah  sangat  berat  siksaan-Nya.  (Al  Maidah  [5]:  6)

Dari  Abu  Hurairah,  ia  berkata  bahwa  Rasulullah  bersabda,  “Hak  muslim  kepada  muslim  yang  lain  ada  enam.”  Beliau  bersabda,  ”Apabila  engkau  bertemu,  ucapkanlah  salam  kepadanya;  Apabila  engkau  diundang,  penuhilah  undangannya;  Apabila  engkau  dimintai  nasihat,  berilah  nasihat  kepadanya;  Apabila  dia  bersin  lalu  dia  memuji  Allah  (mengucapkan  ’alhamdulillah’),  doakanlah  dia  (dengan  mengucapkan  ’yarhamukallah’);  Apabila  dia  sakit,  jenguklah  dia;  dan  Apabila  dia  meninggal  dunia,  iringilah  jenazahnya  (sampai  ke  pemakaman).”  (HR.  Muslim)

Rasulullah bersabda  “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima  yaitu: menjawab  salam,  menengok  orang  sakit,  mengantarkan jenazah, mendatangi undangan,  mendoakan  orang  yang  bersin jika mengucapkan Alhamdulillah dengan ucapan yarhamukalloh. (Muttafakun alaih)

4. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang akan merusak ukhuwah Islamiyah, seperti menghina, ghibah, memfitnah, menyebarkan aib sesama saudara seiman, saling mencurigai dan lain sebagainya.

Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.  (HR.  Bukhari-Muslim).  Wallahu A’lam.

Pemateri : Mr Supiyani, S.Pd.I